Stroke Hemoragik
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), stroke
didefinisikan suatu gangguan fungsional
otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak.
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yangsesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian
serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu dan keadaan penduduk. (Chris
W. Green dan Hertin Setyowati 2004)
Chandra B. mengatakan stroke adalah
gangguan fungsi saraf akut yang
disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak, dimana secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan
tanda yang sesuai dengan daerah fokal daerah otak yang terganggu.
Penderita
stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk
usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Saat
ini Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penderita stroke terbesar
di Asia (Yastroki, 2009). Angka ini diperberat dengan adanya pergeseran usia
penderita stroke yang semula menyerang orang usia lanjut kini bergeser ke arah
usia produktif. Bahkan, kini banyak menyerang anak-anak usia muda (Gemari,
2008).
B.
Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis memperoleh
pengalaman dan gambaran secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan Stroke Haemoragik.
2. Tujuan Khusus
a.
Melakukan pengkajian keperawatan pada
klien dengan Stroke
Haemoragik.
b.
Menentukan
masalah keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
c.
Merencanakan
asuhan keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
d.
Melaksanakan
tindakan keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik
e.
Melakukan
evaluasi keperawatan klien dengan Stroke Haemoragik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN STROKE HEMORAGIK
Menurut WHO stroke adalah adanya
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal
(global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular
(Muttaqin, 2008).
Stroke hemoragik adalah
stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul
iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain:
hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di
otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.
B. ETIOLOGI STROKE
HEMORAGIK
Penyebab
perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
1.
Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2.
Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan
atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan
terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3.
Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan
emboli septis.
4.
Malformasi arteriovenous, adalah
pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan
pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan
mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5.
Ruptur arteriol serebral, akibat
hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Faktor
resiko pada stroke adalah :
1.
Hipertensi
2.
Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal
jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3.
Kolesterol tinggi, obesitas
4.
Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5.
Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi)
6.
Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai
hipertensi, merokok, dan kadar
estrogen tinggi)
7.
Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
C. PATOFISIOLOGI STROKE
HEMORAGIK
Ada dua bentuk CVA bleeding
1. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya
pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke
dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak
dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak.
Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub
kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis
mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis
atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena
aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh
darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan
otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak
dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.
D. MANIFESTASI
KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan
kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1.
Daerah a. serebri media
a.
Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b.
Hemianopsi homonim kontralateral
c.
Afasi bila mengenai hemisfer dominan
d.
Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2.
Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3.
Daerah a. Serebri anterior
a.
Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di
tungkai
b.
Incontinentia urinae
c.
Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang
terkena
4.
Daerah a. Posterior
a.
Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa
mengenai
b.
daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh
a. Serebri media
c.
Nyeri talamik spontan
d.
Hemibalisme
e.
Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5.
Daerah vertebrobasiler
a.
Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di
batang otak
b.
Hemiplegi alternans atau tetraplegi
c.
Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi
labil)
E. KOMPLIKASI STROKE
HEMORAGIK
Stroke
hemoragik dapat menyebabkan
1.
Infark Serebri
2.
Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi
hidrosephalus normotensif
3.
Fistula caroticocavernosum
4.
Epistaksis
5.
Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
F. PENATALAKSANAAN
MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan
untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik
cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan
secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada
jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan
sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah
yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi)
serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan
menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30
menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti
koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
b. Obat anti
trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.
c. Diuretika :
untuk menurunkan edema serebral
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan
untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini
seringkali juga menderita beberapa penyulit
seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan
dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
1. Angiografi cerebral
Membantu
menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena
atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau
malformasi vaskular.
2. Lumbal pungsi
Tekanan yang
meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya
hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3. CT scan
Penindaian
ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan
gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak.
Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
5. EEG
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang
infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN STROKE
HEMORAGIK
A. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
1.
Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
-
Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis.
-
Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang
otot )
Data
obyektif:
-
Perubahan tonus otot ( flaksid atau
spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
-
Gangguan penglihatan
2.
Sirkulasi
-
Data Subyektif:
-
Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup
jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
-
Data obyektif:
-
Disritmia, perubahan EKG
-
Pulsasi : kemungkinan bervariasi
-
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
abdominal
3.
Integritas ego
-
Data Subyektif:
-
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
-
Data obyektif:
-
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan
, kegembiraan
-
Kesulitan berekspresi diri
4.
Eliminasi
Data
Subyektif:
-
Inkontinensia, anuria
-
Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),
tidak adanya suara usus ( ileus paralitik )
5.
Makan/ minum
Data
Subyektif:
-
Nafsu makan hilang
-
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
-
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan,
disfagia
-
Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data
obyektif:
-
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum
dan faring )
-
Obesitas ( faktor resiko )
6.
Sensori neural
Data
Subyektif:
-
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara
selama TIA )
-
Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral
atau perdarahan sub arachnoid.
-
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat
seperti lumpuh/mati
-
Penglihatan berkurang
-
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral
pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
-
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
-
Status mental ; koma biasanya menandai stadium
perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan
gangguan fungsi kognitif
-
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral
pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek
tendon dalam ( kontralateral )
-
Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
-
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi
bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan
berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
-
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat,
pendengaran, stimuli taktil
-
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
-
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak
bereaksi pada sisi ipsi lateral
7.
Nyeri / kenyamanan
Data
Subyektif:
-
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
-
Data Obyektif:
-
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan
otot / fasial
8.
Respirasi
Data Subyektif:
-
Perokok ( faktor resiko )
-
Tanda:
-
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
-
Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
9.
Keamanan
Data
Obyektif:
-
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
-
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk
melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
-
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah
yang pernah dikenali
-
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
regulasi suhu tubuh
-
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi
sosial
Data
Obyektif:
-
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
11. Pengajaran /
pembelajaran
Data
Subjektif :
-
Riwayat hipertensi keluarga, stroke
-
Penggunaan kontrasepsi oral
12. Pertimbangan
rencana pulang
-
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
-
Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan
makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah.
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
1.
Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan aliran darah ke otak terhambat
2.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
penurunan sirkulasi ke otak
3.
Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian,
toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler
4.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neurovaskuler
5.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik
6.
Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan
kesadaran
7.
Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kesada
C. RENCANA
KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
1.
|
Ketidakefektifan
Perfusi jaringan serebral b.d aliran darah ke otak terhambat.
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan suplai aliran
darah keotak lancar dengan kriteria hasil:
-
Nyeri kepala / vertigo berkurang sampai de-ngan hilang
-
Berfungsinya saraf dengan baik
-
Tanda-tanda vital stabil
|
Monitorang
neurologis
1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi
dan bentuk pupil
2. Monitor tingkat kesadaran klien
3. Monitir tanda-tanda vital
4. Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
muntah
5. Monitor respon klien terhadap
pengobatan
6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi kondisi fisik klien
Terapi
oksigen
1. Bersihkan jalan nafas dari sekret
2. Pertahankan jalan nafas tetap
efektif
3. Berikan oksigen sesuai intruksi
4. Monitor aliran oksigen, kanul
oksigen dan sistem humidifier
5. Beri penjelasan kepada klien tentang
pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7. Monitor respon klien terhadap
pemberian oksigen
8. Anjurkan klien untuk tetap memakai
oksigen selama aktifitas dan tidur
|
2
|
Kerusakan
komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan klien
mampu untuk berkomunikasi lagi dengan kriteria hasil:
-
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan perawat
-
dapat mengerti dan memahami pesan-pesan melalui gambar
-
dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal
|
1. Libatkan keluarga untuk membantu
memahami / memahamkan informasi dari / ke klien
2. Dengarkan setiap ucapan klien
dengan penuh perhatian
3. Gunakan kata-kata sederhana dan
pendek dalam komunikasi dengan klien
4. Dorong klien untuk mengulang
kata-kata
5. Berikan arahan / perintah yang
sederhana setiap interaksi dengan klien
6. Programkan speech-language teraphy
7. Lakukan speech-language teraphy
setiap interaksi dengan klien
|
3
|
Defisit perawatan diri; mandi,berpakaian, makan,
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam, diharapkan kebutuhan mandiri
klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:
-
Klien dapat makan dengan bantuan orang lain / mandiri
-
Klien dapat mandi de-ngan bantuan orang lain
-
Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri
-
Klien dapat toileting dengan bantuan alat
|
1 Kaji
kamampuan klien untuk perawatan diri
2 Pantau
kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam makan, mandi, berpakaian dan
toileting
3 Berikan
bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
4 Berikan
dukungan pada klien untuk menunjukkan aktivitas normal sesuai kemampuannya
5 Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
|
4
|
Kerusakan
mobilitas fisik b.d kerusakan neurovas-kuler
|
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien dapat
melakukan pergerakan fisik dengan kriteria hasil :
-
Tidak terjadi kontraktur otot dan footdrop
-
Pasien berpartisipasi dalam program latihan
-
Pasien mencapai keseimbangan saat duduk
-
Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya
fungsi pada sisi yang parese/plegi
|
1 Ajarkan
klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
2 Ajarkan
rentang gerak pasif pada sisi ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
nyeri
3 Topang
ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak
4 Ajarkan
ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
5 Motivasi
klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
6 Libatkan
keluarga untuk membantu klien latihan sendi
|
5
|
Resiko
kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pasien mampu
mengetahui dan mengontrol resiko dengan kriteria hasil :
-
Klien mampu menge-nali tanda dan gejala adanya resiko luka tekan
-
Klien mampu berpartisi-pasi dalam pencegahan resiko luka tekan (masase
sederhana, alih ba-ring, manajemen nutrisi, manajemen tekanan).
|
1 Beri
penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala
luka tekan, tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
2 Berikan
masase sederhana
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman
-
Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk pelicin
-
Lakukan masase secara teratur
-
Anjurkan klien untuk rileks selama masase
-
Jangan masase pada area kemerahan utk menghindari kerusakan kapiler
-
Evaluasi respon klien terhadap masase
3 Lakukan
alih baring
-
Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
-
Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk mengurangi kekuatan geseran
-
Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
-
Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku,
ischium, skapula)
4 Berikan
manajemen nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
-
Monitor intake nutrisi
-
Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk memelihara ke-seimbangan
nitrogen positif
5 Berikan
manajemen tekanan
-
Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-pecah
-
Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah
-
Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
-
Monitor aktivitas dan mobilitas klien
-
Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan
-
|
6
|
Resiko
Aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
aspirasi pada pasien dengan kriteria hasil :
-
Dapat bernafas dengan mudah,frekuensi pernafasan normal
-
Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi
|
Aspiration
Control Management :
-
Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk dankemampuan menelan
-
Pelihara jalan nafas
-
Lakukan saction bila diperlukan
-
Haluskan makanan yang akan diberikan
-
Haluskan obat sebelum pemberian
|
7
|
Resiko
Injuri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan tidak terjadi
trauma pada pasien dengan kriteria hasil:
-
bebas dari cedera
-
mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah
cedera
-
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
|
Risk
Control Injury
-
menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
-
memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
-
memberikan penerangan yang cukup
-
menganjurkan keluarga untuk selalu menemani pasien
|
8
|
Pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran
|
Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola nafas pasien
efektif dengan kriteria hasil :
-
Menujukkan jalan nafas paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal,
frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
|
Respiratori
Status Management
-
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
-
Berikan terapi O2
-
Dengarkan adanya kelainan suara tambahan
-
Monitor vital sign
|
Discharge planning bagi pasien stroke
1.
Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan
2.
Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang
dibutuhkan
3.
Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau
tindakan lainnya di rumah (misal kunjungan rumah oleh tim kesehatan)
4.
Penunjukkan health care provider yang akan memonitor
status kesehatan pasien
5.
Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai
partner dengan pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah,
dan mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Green, Chris W. dan Hertin Setyowati.
2004. Terapi Alternatif. Jakarta:
Yayasan Prima.
Gemari,
2008. Esensial Stroke. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta : Salemba Medika
Aliah,
A; Limoa, R.A; Wuysang, G. (2000). Gambaran
Umum Tentang GPDO dalam Harsono:Kapita
Selekta Neurologi. UGM Press, Yogyakarta.
Artiani,
Ria. 2009. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem
Persyarafan, Jakarta, EGC.
hAdib,
Muhammad. 2009 Cara Mudah Memahami Dan Menghindari Hipertensi Jantung
Dan Stroke : Yogyakarta.
Komentar
Posting Komentar